ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA
Sobat Nakes, penyakit yang sering ditemukan pada ruang perawatan bedah adalah pasien dengan efusi pleura. Efusi pleura ini merupakan salah satu masalah medis yang erat kaitannya dengan sistem pernapasan terutama pada rongga pleura. Nah, pada kesempatan ini, Bersama Perawat akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.
Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai asuhan keperawatan pasien dengan efusi pleura, Sobat Nakes dapat membaca terlebih dahulu Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Pernapasan Secara Umum untuk lebih memahami bagaimana dasar-dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalamai masalah gangguan pernapasan.
Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penumpukan atau akumulasi cairan yang abnormal pada rongga pleura. Pada pasien yang mengalami masalah efusi pleura ini terdapat lima tipe efusi pleura yaitu transudat, exudat, empiema, efusi pleura haemoragik, dan efusi pleura chilus. Efusi pleura ini bisa terjadi akibat adanya penyakit yang mengawalinya seperti tuberculosis (TBC), kanker paru, penyakit jantung dan penyakit lainnya.
Anatomi Fisiologi Pleura
Sebelum memasuki pembahasan mengenai anatomi fisiologi pleura, Sobat Nakes dapat memahami terlebih dahulu anatomi dan fisiologi sistem pernapasan atas dan bawah dengan klik. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Atas serta Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bawah untuk lebih memahami anatomi dan fisiologi sistem pernapasan secara keseluruhan.
Masuk ke dalam anatomi fisiologi pleura, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu pleura. Pleura merupakan lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari sel-sel mesothelia, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum.
Pleura sendiri memiliki dua lapisan yaitu :
Pleura Viselaris
Pleura viselaris ini mengandung pembuluh darah kapiler dan arteri pulmonalis, arteri brachialis serta pembuluh getah bening, keseluruhan jaringan pleura ini menempel kuat pada jaringan parenchim paru.
Pleura Parietalis
Pleura parietalis ini terdiri dari lapisan jaringan tebal, sel mesotelial ditambah dengan jaringan ikat yang didalamnya terdapat pembuluh kapiler dan arteri interkostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh getah bening dan terdapat banyak reseptor syaraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Dalam keadaan normal diantara pleura viseralis dan parietalis terdapat rongga yang berisi cairan 10 - 20 cc yang merupakan pelumas antara kedua pleura sehingga mudah bergerak dan tidak bergesekan. Cairan masuk melalui pleuraparietal dan selanjutnya keluar dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseral dan sebagian kecil diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Bila keadaan tersebut terganggu maka akan menimbulkan efusi pleura.
Pada pembahasan sebelumnya kita mendengar kata-kata cairan transudat. Sebenarnya apa itu cairan transudat? Cairan Transudat merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi bila ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik, sifatnya lebih jernih, kadar protein < 3 gr/dl, kadar LDH < 200 iu, BD < 1,016, test Rivalta Normal (-), mengandung sel mesoteloid biasanya terjadi karena hubungan normal antara tekanan kapiler dan koloid osmotik, biasa terdapat pada :
- Peningkatan tekanan kapiler sistemik
- Peningkatan tekanan kapiler pulmonal
- Penurunan tekanan osmotik koloid dalam pleura
- Penurunan tekanan intra pleura
- Gagal jantung kiri
- Sindroma nefrotik
Selain cairan transudat, disebutkan juga cairan eksudat. Apa itu cairan eksudat? Cairan Eksudat merupakan ekstravasasi cairan jaringan atau kavitas, yang merupakan akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor yang mengenai permukaan pleura. Sifat cairan ini lebih keruh, warna lebih tua, kadar protein > 3 gr/dl, kadar LDH > 200 iu, BD > 1,016, Tes Rivalta (+), mengandung sel-sel radang, terdapat pada infeksi, infark paru, neoplasma, trauma dada, pleuritis.
Patofisiologi Efusi Pleura
Neoplasma, seperti neoplasma bronchogenik. Tumor ditemukan pada permukaan pleura karena penjalaran langsung dari paru-paru melalui pembuluh darah. Jenis-jenis neoplasma yang sering menimbulkan efusi pleura antara lain karsinoma payudara, ovarium, lambung, ginjal, pankreas dan bagian abdomen lainnya.
Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, dimana keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Selain itu, perikarditis juga bisa menimbulkan efusi pleura.
Infeksi, antara lain tuberculosis (TBC) pada permulaan ditemukan serosantokrom dan bersifat eksudat tapi kemudian ditemukan sel polimorponuklear dan selanjutnya limfosit. Apabila TBC sudah mengalami lesi primer, maka lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sudah mencair keluar bersama dengan batuk, apabila lesi mengenai pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Dengan terjadinya efusi pleura maka kondisi lanjut akan mengalami penghancuran jaringan paru sehingga gambaran paru menyerupai rongga-rongga dalam jaringan, dengan semakin hilangnya jaringan paru maka fungsi paru sebagai alat pertukaran gas akan terganggu. Kemudian dengan terakumulasi cairan yang bersifar eksudat akan mengganggu proses oksigenasi. Selain itu, akan menekan alveolus dan bronkhiolus menyebabkan meningkatnya kerja ventilasi, tekanan dalam rongga pleura lebih tinggi dari atmosfir mengakibatkan paru-paru tertekan atau kolaps, untuk mengatasinya kompensasi tubuh menimbulkan sesak napas dengan pernapasan cepat dan dangkal untuk mendapatkan oksigen lebih banyak.
Tanda dan Gejala Efusi Pleura
Tanda dan gejala efusi pleura biasanya asimtomatik, sementara efusi pleura yang banyak (> 200 - 300 ml) dapat menimbulkan dipneu, nyeri dada pleuritik, batuk kering, terasa berat pada dada. Pada palpasi terjadi penurunan premitus, pada perkusi redup, suara nafas berkurang. Bila pada pleuritis ditemukan friction rub pleural.
Dampak Efusi Pleura pada Sistem Tubuh
Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh efusi pleura ini pada sistem tubuh diantaranya :
Sistem Pernapasan
Pada sistem pernapasan, akumulasi cairan dalam rongga pleura akan menyebabkan pengembangan paru tidak adekuat sehingga suplai oksigen menurun, kemudian merangsang pusat pernapasan di medula oblongata dan vons varoli sehingga meningkatkan kerja diafragma, muskulo interkostalis dan otot-otot bantu pernapasan sehingga pola napas cepat dan dangkal. Peningkatan karbon dioksida akan menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik dengan gejala sakit kepala, mengantuk, lethargi, tremor. Berkurangnya oksigen ke jaringan mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga Hb yang akan tereduksi, sehingga akan terlihat pucat pada beberapa bagian tubuh. Pergerakan dada kiri dan kanan simetris karena kompensasi mengurangi pergerakan cairan pleura. Taktil fermitus menurun karena vibrasi diredam oleh cairan pleura.
Sistem Kardiovaskuler
Suplai oksigen yang kurang ke jantung menyebabkan hilangnya kapasitas paru-paru yang akan menimbulkan tahanan vaskuler paru meningkat, beban kerja jantung meningkat untuk memompa darah maka terjadi tachichardia dengan nadi kuat.
Sistem Pencernaan
Penuruan oksigen pada sistem pencernaan akan merangsang sistem nervus vagus, impuls dibawa ke medula oblongata lalu dihantarkan efferent vagus ke lambung maka akan menimbulkan mual. Apabila penahanan abdomen spincter cardiac melemah esofagus melemah akan menimbulkan terjadinya peristaltik membalik dan akan terjadi muntah, hal ini akan membawa impuls syaraf ke thalamus bagian medial sebagai pusat kenyang maka akan terjadi anorexia.
Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal, menurunnya oksigen akan menghambat pembentukan ATP yang akan menjadi ADP sebagai sumber energi sehingga terlihat lemah, tonus otot menurun.
Sistem Persyarafan
Pada sistem persyarafan tidak adekuatnya kadar oksigen akan meningkatkan karbondioksida dalam darah ke jaringan otak menyebabkan gelisah, kebingungan sampai somnolen. Selain itu, akibat dari sesak akan mengaktivasi RAS sehingga merangsang pusat jaga maka akan terjadi gangguan tidur.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan efusi pleura diantaranya dilakukan pemeriksaan seperti :
- Rontgen dada (radiografi) akan terlihat cairan dalam rongga pleura dengan membentuk bayangan seperti kurva dengan permukaan lateral lebih tinggi daripada bagian medial.
- Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) untuk mengetahui warna cairan, biokimia cairan (transudat atau eksudat), sitologi
- Bakteriologi untuk menentukan adanya mikroorganisme
- Biopsi pleura dengan mengambil jaringan pleura untuk menentukan adanya infeksi atau tumor.
- Test Rivalta bila positif terdapat kekeruhan berupa awan.
- WSD (water seal drainage) merupakan pemasangan selang dada tunggal yang ditempatkan di rongga pleura, untuk mengalirkan udara, selang ditempatkan pada bagian posterior mid axila interkosta ke 7 - 8 (untuk cairan, sedangkan untuk udara pada interkosta ke 1- 2) kemudian selang dihubungkan dengan sistem penghisapan waterseal yang terpisah. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai WSD (water seal drainage), Sobat Nakes dapat klik tautan SOP Perawatan Pasien Terpasang WSD.
Sobat Nakes, itulah beberapa pembahasan kita kali ini mengenai Asuhan Keperawatan Pasien dengan Efusi Pleura. Semoga dengan pembahan kali ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan Sobat Nakes mengenai Asuhan Keperawatan Pasien dengan Efusi Pleura. Salam sehat.
Sumber :
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA"