ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM PERNAPASAN ATAS
Sobat Nakes dalam memahami suatu ilmu kesehatan, sudah pasti kita harus mengetahui dasar konsep kelimuan mengenai bidang yang dipelajari. Salah satu ilmu dasar yang harus dipahami oleh tenaga kesehatan adalah anatomi fisiologi.
Anatomi fisiologi sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan dengan pendalaman ilmu mengenai susunan tubuh atau bagian-bagian tubuh serta mengetahui bagaimana susunan tubuh tersebut bekerja normal.
Kali ini, kita akan membahas salah satu anatomi fisiologi dari organ saluran pernapasan atas. Sebelum memulai pembahasan kali ini, kita harus mengenal terlebih dahulu bagian susunan saluran pernapasan atas. Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakea. Untuk lebih mengenal struktur masing-masing bagian tersebut, mari kita bahas satu per satu.
Anatomi fisiologi sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan dengan pendalaman ilmu mengenai susunan tubuh atau bagian-bagian tubuh serta mengetahui bagaimana susunan tubuh tersebut bekerja normal.
Kali ini, kita akan membahas salah satu anatomi fisiologi dari organ saluran pernapasan atas. Sebelum memulai pembahasan kali ini, kita harus mengenal terlebih dahulu bagian susunan saluran pernapasan atas. Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakea. Untuk lebih mengenal struktur masing-masing bagian tersebut, mari kita bahas satu per satu.
Hidung
Hidung terdiri dari hidung ekstrena dan rongga hidung dibelakang hidung ekstrena. Hidung ekstrena terdiri dari kartilago sebelah bawah dan tulang hidung disebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya dengan membrane mukosa.Rongga Pada Saluran Pernapasan Atas |
Rongga hidung memanjang dari nostril
pada bagian depan ke aperture posterior hidung, yang keluar ke nasofaring
bagian belakang. Rongga hidung tersebut ditutupi oleh membrane mukosa.
Septum nasalis memisahkan kedua rongga
hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang dan
kartilago, biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan
keduanya dilapisi oleh membrane mukosa. Dinding lateral dari rongga hidung
sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os sphenoid.
Konkha superior, inferior dan media
(turbinasi hidung) merupakan tiga buah tulang yang melengkung lembut melekat
pada dinding lateral dan menonjol ke dalam rongga hidung. Ketiga tulang
tersebut tertutup oleh membrane mukosa. Selanjutnya, bagian dalam hidung
ditunjukkan pada gambar berikut,
Bagian Dalam Hidung |
Dasar dari hidung terbentuk oleh bagian
dari maksila dan tulang palatine. Atap dari rongga hidung merupakan celah yang
sempit yang terbentuk oleh tulang hidung frontalis dan sphenoid. Membrane mukosa
olfaktorius, pada bagian atap rongga hidung dan bagian tepi dari rongga hidung,
mengandung sel-sel saraf khusus yang dapat mencium bau-bauan; dari serat
sel-sel saraf tersebut melalui lempeng kribriformus dari os frontale dan ke dalam
bulb olfaktorius dari saraf cranial (olfaktorius).
Sinus paranasal terdiri dari sphenoid, ethmoid, frontalis dan maksilaris. Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang cranial yang berhubungan melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membrane mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha superior.
Sinus ethmoid, oleh beberapa ostium diantara konkha media dan superior dan diantara konkha media dan inferior. Pada sebelah belakang rongga hidung keluar ke nasofaring melalui aperture nasalis posterior.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk
udara mengalir ke dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai
penyaring kotoran-kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktorius
(penciuman) karena reseptor olfaktorius terletak dalam mukosa hidung dan hidung
juga membantu dalam persengauan.
Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur
seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region yaitu nasal, oral dan laring.
Nasofaring terletak disebelah belakang
rongga hidung, dibawah dasar dari tengkorak dan disebelah depan vertebra servikalis
ke 1 dan ke 2. Nasofaring bagian depan keluar ke rongga hidung dan bagian bawah
keluar ke orofaring. Auditorius (tuba eutakhia) keluar ke dinding lateral
nasofaring pada masing-masing sisinya. Tonsil orofaring merupakan bantalan
jaringan limfe pada dinding nasofaring posteriosuperior.
Orofaring merupakan
sesuatu yang umum pada sistem pernafasan dan pencernaan karena makanan masuk ke
dalamnya dari mulut dan udara masuk juga ke dalamnya dari nasofaring dan
paru-paru. Orofaring pada bagian bawahnya berlanjut
dengan laringofaring yang merupakan bagian dari faring yang terletak epat
dibelakang laring dan ujung bawah esophagus. Udara di inspirasi adalah hangat,
lembab dan disaring karena udara tersebut melalui rongga hidung.
Fungsi faring adalah sebagai saluran masuk
ke saluran pernapasan dan saluran masuk makanan dan minuman menuju saluran
pencernaan.
Laring
Laring merupakan struktur yang lengkap
dari kartilago; kartilago tiroid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua buah
kartilago arytenoid.
Kartilago tiroid terbesar adalah trakea,
sebagian dari kartilago ini membentuk jakun. Epiglottis, daun kartilago yang
menutupi ostium ke arah laring selama menelan.
Kartilago krikoid satu-satunya cincin
kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid). Kartilago
arytenoid (2 buah), digunakan dala gerakan
pita suara dengan kartilago tiroid.
Membrane mukosa berfungsi menghubungkan
kartilago satu dengan lainnya dan dengan os hioideus. Pita suara merupakan
ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, serta
melekat pada lumen laring.
Laring terletak pada garis tengah bagian
depan leher, terbenam dalam kulit, kelenjar tiroid dan beberapa otot kecil,
serta pada bagian depan laringofaringeus dan bagian atas esophagus.
Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstruktif benda asing dan memudahkan batuk.
Trakea
Trakea merupakan tuba yang lentur atau fleksibel
dengan panjang sekitar 10 cm dan lebar 2,5 cm. trakea menjalar dari kartilago
krikoid ke bawah depan leher dan belakang manubrium sternum, untuk berakhir
pada sudut dekat sternum. Dimana trakea tersebut berakhir dengan membagi ke
dalam bronkus kanan dan kiri.
Di leher trakea disilangi pada bagian depannya oleh
istmus dari kelenjar tiroid dan beberapa vena. Trakea terbentuk dari 16-20
helai kartilago yang berbentuk C dihubungkan satu sama lainnya dengan jaringan
fibrosa. Dengan kontruksi yang demikian membuatnya tetap terbuka bagaimanapun
posisi dari kepala leher.
Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin
tulang rawan disitu tidak sempurna). Tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Untuk
lebih jelasnya mengenai trakea perhatikan gambar berikut.
Trakea dan Struktur pada Bagian Leher
|
Selain susunan saluran pernapasan atas, alangkah baiknya Sobat Nakes mempelajari juga anatomi fisiologis sistem pernapasan bagian bawah. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal tersebut, Sobat Nakes dapat klik tautan ini Anatomi Fisiologis Sistem Pernapasan Bawah.
Itulah beberapa penjelasan mengenai susunan saluran pernapasan bagian atas. Dengan mengetahui struktur atau susunan pada bagian saluran pernapasan atas, kita akan mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dalam melakukan tindakan keperawatan.
Sumber:
Buku Ajar KMB I oleh Hj. Mariana Nuryati, Dosen KMB Poltekkes Kemenkes Bandung
Posting Komentar untuk "ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM PERNAPASAN ATAS"